Malam ini. Ketika mesin waktu mengirimku ke masa lalu, dan memaksaku mengunyah pil pahit sendirian, aku rela. Tak mengapa. Karena pil pahit inilah yang bisa membuat aku bertahan hingga sekarang. Tanpa ini, mungkin sudah tamat riwayat yang ingin aku tulis. Tanpa bisa menuntaskan cerita dengan akhir yang indah.
Sudah sekian lama rasanya tangisan itu tertahan. Tumpah sesaat dan kemudian menghapusnya malu-malu. Tentu aku sembunyi-sembunyi. Tak ada yang tahu. Hanya aku dan DIA. Selebihya gelap yang tak perduli. Apa pula urusan mereka.
Andai hujan turun malam ini, kan kuhampiri dan tak perlu malu-malu meneteskan air mata karena aku tahu hujan akan mengaburkan air mataku. Akhh tapi aku tahu malam ini yang kulihat hanyalah kumpulan awan hitam yang tak kunjung-kunjung menurunkan airnya. Hujan! Sepertinya tak mau berkompromi denganku. Mungkin DIA menginginkan aku untuk tegar, masalah dijadikan untuk membuatku kuat.
Ya, tentu saja tak ada garis takdir yang buruk. Yah, maksudku, kalau bukan kita yang memilih, tentu DIA tak menuliskan yang buruk buat kita bukan? Kalau menurut kita buruk, itu mungkin iya. Tapi tidak untuk memberikan yang buruk kalau bukan kita yang meminta.
Kalau kau bertanya mimpi, aku sudah begitu lama mati suri sebenarnya. “Kekerasan” dan “kekejaman” ini membuat aku mati rasa. Tak lagi merasa. Dan tak perduli lagi dengan rasa. Bisa juga kalian bilang aku ini ZOMBIE. Tak salah. Karena zombie bisa mendiskripsikan seperti apa aku sekarang ini.
Menangislah..
Kadang manusia terlalu sombong tuk menangis..
Lalu untuk apa air mata tlah dicipta..
bukan hanya bahagia yang hanya ada di dunia.. (firdaus – menagislah di bahuku).
*hanya Sebuah Judul “lemah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar