Kamis, 17 November 2011

menghidupi indonesia

14 juli 2011
“dulu waktu masih kecil, aku ingin bekerja di kantoran,” ujar seorang temanku dulu dengan segala kepolosannya. Bener cita-cita yang polos keluar dari mulut temanku.. hemMm lucu saja sepertinya. Dia ngak ingin jadi dokter, guru atau presiden. Bener.. inilah sederetan cita-cita yang diucapkan anak kecil yang masih polos atau malah ini cita-cita yang ditanamkan orang tua pada anaknya. Mana yang bener? Pilih aja sendiri.
Aku sendiripun lupa apa cita-citaku dulu ketika masih kecil. Dan sekarangpun masih ngambang apa cita2ku. ngak semudah mengucapkan cita-cita seperti waktu kecil dulu. Yang kupunya sekarang hanya sekedar perencanaan yang insyaalah akan ku realisasikan setelah lulus ini. Tapi Yang jelas teman, aku ngak ingin menjadi guru. Mungkin karena melihat mahasiswa keguruan magang di sekolahku dulu sering sekali ditertawain dan dikerjain teman2ku. dan tambah lagi mereka tampak grogi dan jarang sekali yang tampak PD dan betul2 pintar. Pisssss all.
hemMm… Aku juga ngak bercita-cita menjadi seorang petani seperti orang tuaku. Pekerjaan mu ku akui memang begitu berat. Setiap kali pulang dari kebun, selalu saja aku lihat tanah menempel di kaki atau tangannya. celana dan bajumupun selalu kotor saat pulang. Aku juga ga tahu bagaimana engkau bisa membiayai aku sampai sekarang ini (thank’s u.. hehe). Aku ingat kata2mu “rezeki kita sudah ada yang ngatur”.
Seingatku, aku ngak bercita-cita menjadi seorang petani. Bagiku, menjadi petani itu tidak enak. Sudah pekerjaannya berat, baju yang dipakai bekerja tidak keren, harus mau kotor pula, selalu berjemur dibawah teriknya matahari. Lagi pula, menjadi petani itu identik dengan kemiskinan. Nah, siapa yang mau? Hayoooo…
Mungkin sebenarnya aku juga bercita-cita seperti temanku tadi. bekerja di lingkungan yang bersih, mengenakan baju bagus, di ruangan ber-Ac (berrrr.. dingin… sejuk..). Jadi bekerja di ruangan ber-Ac sepertinya menarik. Jauh lebih menarik daripada menjadi petani.
Mungkin ini semua yang membuat sampai sekarang nasib petani tidak membaik. Masih menjadi kaum yang selalu dirugikan/ dimarginalkan. Iyaaalah… Tak ada yang mau menjadi petani. Bahkan ketika alat-alat pertanian dan ilmu pertanian semakin modern, profesi petani masih tidak menarik. Walaupun kita hidup di negara agraris, rasanya pribadi ini nyaris tak pernah menjumpai anak-anak atau anak muda yang ingin menjadi petani. Padahal, kalau tidak ada yang mau menjadi petani, Indonesia mau makan apa?
Dapatkah Indonesia hidup tanpa petani?!

*Ruangan perjuangan 3 x 4 m limau manis, padang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar